DKP, Produk Politik Wiranto Untuk Jatuhkan Prabowo
Surat DKP (Dewan Kehormatan Perwira) menjadi isu hangat setelah tersebar ke kalangan publik. Surat tersebut dinilai sebagai alat pembunuhan ...
https://bercampur.blogspot.com/2014/06/dkp-produk-politik-wiranto-untuk_19.html
Letjen TNI Purn Suryo Prabowo menyarankan agar masyarakat tidak percaya dengan Wiranto. Menurutnya, Wiranto hanyalah orang yang iri dengan kecemerlangan Prabowo pada masanya. Suryo juga menyatakan bahwa Wiranto sendiri yang dipecat oleh Gus Dur karena Gus Dur mengetahui bahwa pelanggar HAM yang sebenarnya adalah Wiranto.
Bahkan Suryo Prabowo juga menegaskan bahwa DKP sendiri pada saat itu bukan dibentuk oleh pemerintah, melainkan oleh Wiranto yang pada saat itu menjabat sebagai seorang Panglima ABRI. Tujuan dari dibentuknya DKP oleh Wiranto tak lain hanyalah untuk menjatuhkan Prabowo yang pada saat itu lebih disukai oleh para prajurit.
Suryo menjelaskan, pembentukan DKP pada saat itu tidak sesuai dengan hukum yang berlaku. DKP bertentangan dengan Surat Keputusan Panglima ABRI No 838/III/1995, 27 November 1995 tentang Petunjuk Administrasi Dewan Kehormatan Militer.
Dalam ketentuan Nomor 7 (a-3) dan 7 (c-2) disebutkan, pembentukan DKP untuk memeriksa perwira yang bersangkutan hanya dapat dilakukan setelah adanya putusan hukum yang dijatuhkan peradilan militer.
Suryo Prabowo meragukan bahwa Prabowo pernah diadili melalui Peradilan Militer. Kasus Prabowo sendiri tidak diajukan ke Mahkamah Militer lantaran para petinggi ABRI yang menjadi atasan Prabowo pada saat itu takut karena sebenarnya mereka yang terlibat.
Walaupun desakan untuk mengadakan Mahkamah Militer sangat kuat, namun keputusan tetap Wiranto yang menentukannya.
Pernyataan Wiranto juga bertolak belakang dengan pernyataan SBY yang menyatakan bahwa Prabowo diberhentikan secara hormat oleh DKP. SBY sendiri merupakan salah satu anggota DKP.
"Ini semacam investasi politik Wiranto pada Megawati. Semua Jenderal di sekitar Mega sudah tampil, nah sekarang giliran Wiranto. Sehingga lengkap sudah, Luhut Panjaitan, Agum Gumelar, Hendropriyono, Fahrul Rozi, Samsul Jalal dan Wiranto berkonspirasi untuk menunjukan kesetiaannya kepada Megawati dengan cara memfitnah dan menzolimi Prabowo," ungkap Suryo Prabowo.